Geografi

Geografi

Selasa, 25 September 2012

BIOSFER


BIOSFER DAN ASPEK PERSEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN
A.   Pengertian Biosfer
Biosfer yaitu lapisan atau tempat makhluk hidup (flora dan fauna) berada. Lapisan ini adalah gabungan dari lapisan Litosfer, Hidrosfer, dan  Atmosfer. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki klasifikasi yang berbeda, klasifikasi tersebut adalah kondisi alam, topografi, kemiringan lereng, iklim dan lingkungan. Karena adanya perbedaan klasifikasi tersebut, menyebabkan persebaran flora dan fauna di permukaan bumi berbeda dan tidak seimbang. Flora dan fauna tersebut diciptakan berbeda karena flora dan fauna tidak dapat beradaptasi dengan sendirinya.
Biosfer terdiri atas dua bagian, yaitu Bioma dan Biota. Bioma yaitu satuan unit organisme yang terdiri atas kumpulan hewan, tumbuhan atau komunitas yang memiliki persamaan bentuk dan kondisi lingkungan. Sedangkan Biota yaitu bagian dari Bioma.
Ilmu yang mempelajari persebaran flora dan fauna di permukaan bumi adalah Biogeografi. Biogeografi itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu Zoogeografi (ilmu yang mempelajari persebaran hewan) dan Fitogeografi (ilmu yang mempelajari persebaran vegetasi). Pembatas persebaran hewan yaitu Barrier.
Ekosistem adalah suatu system yang terdiri atas tumbuhan (flora) hewan (fauna) dan lingkungan fisik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ekosistem terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1.      Komponen Biotik    : tumbuhan = produsen
                                   hewan = konsumen (herbivora, omnivora, karnivora, dan
                                                 bakteri/jamur)
2.      Komponen Abiotik : Iklim dan Bahan Organik.

B.   Persebaran Makhluk Hidup
Persebaran makhluk hidup ada 3 cara, yaitu:
1.      Gang (koridor)      : Penyebaran melalui bermacam-macam habitat.
2.      Filter                      : Penyebaran melalui gang dengan kisaran habitat yang terbatas,
                                sehingga hanya sebagian biota saja yang menyebar.
3.      Untung-untungan : Penyebaran yang kebetulan. Contohnya kelapa yang ada di pinggir
                                pantai yang terbawa oleh air.
Ada 3 lingkungan utama/tempat tinggal (Biocyrcle) makhluk hidup, yaitu:
1.      Darat
2.      Air Tawar
3.      Air Asin
Faktor penyebaran makhluk hidup di permukaan bumi tidak merata yaitu:
1.      Faktor Klimatik
a.       Suhu, kerena tidak semua makhluk hidup mampu hidup di segala suhu, mereka memiliki persyaratan suhu tersendiri.
b.      Kelembapan Udara, uap air yang terkandung dalam massa udara. Ada empat kelompok utama, yaitu xerophyta, mesophyta, hyqrophyta, dan tropophyta.
c.       Angin, alat transportasi yang memindahkan awan/uap air dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
d.      Curah Hujan, air hujan yang turun ke permukaan bumi, akan menjadi persediaan air tanah.
2.      Faktor Edafik (jenis tanah) berpengaruh terhadap tanaman.
3.      Faktor Fisiologi, ketinggian tempat dan bentuk wilayah.
4.      Faktor Biotik, manusia mengolah dan memanfaatkan lingkungannya.
Persebaran tumbuhan di Indonesia:
1.      Pulau Sumatera           : Beringin raksasa, bakau, anggrek, pinus.
2.      Pulau Jawa                  : Akasia, pinus, jati, cemara, kina, rasamala.
3.      Kep. NT                      : Akasia, cendana, kayu putih, kemiri.
4.      Pulau Bali                    : Pala, kayu cempaka, cemara geseng.
5.      Pulau Kalimantan        : Kayu kamper, rotan, bambu, kayu samin.
6.      Pulau Sulawesi            : Anggrek putih, pinus, rotan, jati, agastin.
7.      Kep. Maluku               : Kayu putih, sagu, anggrek
8.      Pulau Papua                : Tumbuhan bakau, sagu, anggrek
Persebaran hewan di Indonesia:
      Alfred Russel membagi persebaran fauna menjadi 3 bagian, yaitu:
1.      Wilayah Asiatis/ Barat/ Tanah sunda              : Kijang, kancil, trenggiling, pesut
2.      Wilayah Tengah/ Kep. Wallacea/ Peralihan    : komodo, tarsius, anoa, burung maleo
3.      Wilayah Australis/ Timur/ Tanah sahul           : cendrawasih, walabi, kasuari, opossum
Garis yang membatasi persebaran fauna di wilayah Asiatis dengan wilayah Tengah disebut garis Wallacea, sedangkan garis yang membatasi persebaran fauna di wilayah Tengah dan wilayah Australis disebut garis Weber.

DINAMIKA PERUBAHAN PEDROSFER


DINAMIKA PERUBAHAN PEDROSFER
            Pedrosfer adalah lapisan paling luar atau lapisan paling atas permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana, pedrosfer diartikan sebagai lapisan tanah paling atas dari litosfer.
            Tanah (soil) adalah suatu bentuk alam yang terbentuk karena campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tentang tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.
1.     Faktor-faktor pembentuk tanah
T=f(i, o, b,t,w)
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi pembentukan tanah, antara lain: iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor tersebut dirumuskan menjadi:


                 Keterangan:
T = tanah                                 b  = bahan induk
f  = factor                                t   = topografi
i  = iklim                                  w = waktu
o = organism
a.       Iklim
     Suhu dan curah hujan adalah unsure iklim yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tanah. Suhu berpengaruh terhadap proses pelapukan, jika suhu tinggi makaa proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah cepat pula. Sedangkan curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah rendah).
b.      Organisme
     Hal-hal organisme yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu:
1.    Membuat proses pelapukan, baik pelapukan kimiawi maupun organik. Pelapukan kimiawi yaitu pelapukan yang terjadi oleh proses kimia. Sedangkan pelapukan organik yaitu pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan).
2.    Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah yang beriklim sedang (Eropa dan Amerika). Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan rumput membentuk tanah berwarna hitam
3.    Membantu proses pembentukan humus.
4.    Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat tanah.
c.       Bahan induk
     Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan matuan metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan induk, lalu akan mengalami pelapukan menjadi tanah. Tanah yang ada di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat yang sama dengan bahan induknya. Contohnya tanah berstruktur pasir, berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.
d.      Topografi
      Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit maka lapisan tanahnya lebih tipis karena tereosi. Dan ssebaliknya, daerah yang datar maka lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi. Demikian pula daerah yang dreinasenya jelek, contohnya sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e.       Waktu
      Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian secara terus menerus. Karena itu, tanah akan semakin tua dan kurus. Mineral yang awalnya banyak maengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah terus berjalan, maka induk tanah berubah menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
      Contoh tanah muda yaitu tanah aluvial, regosol, dan litosol. Contoh tanah dewasa yaitu andosol, latosol, dan grumosol. Dan contoh tanah tua yaitu podsolik dan laterit.

2.     Sistem klasifikasi tanah
     System klasifikasi tanah yang ada di dunia terdiri atas berbagai macam. Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan dari kata latin solum. Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi 10 macam, yaitu:
a.       Oxisol yaitu, tanah yang terdiri atas campuran besi dan alumunium, dan sedikit bahan organik. Jenis tanah ini meliputi tanah lateritic, latosol, dan laterit air tanah.
b.      Ultisol yaitu, tanah yang mengalami pelapukan sangat hebat.
c.       Vertisol yaitu, golongan tanah yang khas terdapat di region-region bervegetasi sabana atau steppa, di daerah tropis maupun subtropis.
d.      Entisol yaitu, tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Yang termasuk jenis tanah ini adalah alluvial, regosol gunung, regosol pantai, dan lithosol.
e.       Inceptisol yaitu, tanah yang masih muda dan baru mulai perkembangan penampangnya. Namun sudah ada eluvasi dan iluvasi.
f.       Spodosol yaitu, tanah yang tersebar di semua iklim, mempunyai solum yang sangat asam, kemampuan menahan air sangat rendah dan kurang subur.
g.      Milisol yaitu, tanah yang memiliki cirri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0. Jenis tanahnya adalah chesnut, chernozem, brunizem, rendzina dan sebagainya.
h.      Alfisol yaitu, tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan alumunium, besi, air, dan bahan organic. Jenis tanahnya adalah grey-brown podzolic dan wooded, beberapa planosol dan noncalcic-brown.
i.        Aridisol yaitu, tanah yang seanjang tahun kering, kandungan organic rendah, warna kemerah-merahan, terbentuk di daeerah gurun atau semi-gurun. Jenis tanah adalah reddish dessert, sierozem, dan raddish brown.
j.        Histosol mencakup semua tanah organic, seperti organosol dan gambut.

Sabtu, 22 September 2012

PRINSIP DAN ASPEK GEOGRAFI


A.   PRINSIP-PRINSIP GEOGRAFI
Dalam ilmu geografi, ada 4 prinsip utama, yaitu:
1.      Prinsip Persebaran, artinya bahwa gejala alam, dan masalah yang ada di permukaan bumi ini sangatlah bervariasi. Ada yang tersebar merata, bergerombol, bahkan tidak merata sama sekali.
2.      Prinsip interrelasi, artinya bahwa antar komponen aatau aspek-aspek lingkungan geografi senantiasa ada hubungan timbale balik atau saling keterkaitan satu sama lain. Prinsip ini didasarkan pada hubungan timbal balik antara satu gejala dengan gejala lainnya.
3.      Prinsip deskripsi, yaitu cara pemaparan hasil pengkajian ilmu geografi terhadap gejala, fenomena atau masalah yang ada. Pengkajian tersebut dapat berupa uraian, peta, chart, table, grafik, ataupun media lainnya.
4.      Prinsip korologi, merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip di atas. Dalam prinsip ini gejala dan permasalahan geografi dianalisis persebarannya, interaksi dan interrelasinya dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.

B.   ASPEK GEOGRAFI
1.      Aspek fisik dan social
Aspek fisik dalam geografi hanya membahas unsur-unsur geosfer yang bersifat fisik antara lain meliputi tanah, air, iklim dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan Aspek social geografi mengambil manusia dengan berbagai gejalanya sebagai objek ilmu pokok, seperti aspek kependudukan, aspek aktivitas ekonomi, social, budaya, dan politiknya.
Kedua aspek tersebut tidak dibahas sendiri-sendiri, tetapi saling berhubungan (korelasi) membentuk berbagai gejala dan fenomena yang ada di permukaan bumi yang tidak terlepas dari kegiatan alam dan manusia secara bersama-sama serta saling mempengaruhi.
2.      Objek ilmu geografi
a.      Objek material
Objek material geografi adalah geosfer yang terdiri atas litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer, dengan menekankan antroposfer sebagai makhluk yang paling berperan dalam biosfer. Ilmu geografi berada di dua pijakan, yaitu antara ilmu alam dan ilmu social.
Geografi selalu melihat pola penyebaran suatu fenomena dalam ruang atau permukaan bumi. Adapun yang menjadi ciri-ciri geografi adalah sebagai berikut:
-          Geografi melihat permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia, dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
-          Geografi melihat penyebaran manusia dalam ruang dan bagaimana ruang dengan segala sumberdayanya.
-          Geografi melihat cirri khas suatu daerah, sehingga persamaan dan perbedaan wilayah dipermukaan bumi dapat dilihat dengan jelas.
-          Dalam mempelajari suatu fenomena atau gejala, geografi selalu mengaitkannya dengan unsure letak, jarak, penyebaran, interrelasi, gerakan, dan regionalisasi.

a.      Objek formal
Objek formal geografi adalah cara pandang dan cara berpikir terhadap gejala yang ada di permukaan bumi, baik keadaan fisik maupun keadaan sosialnya. Cara pandang geografi terhadap objek formal dapat dilihat dari organisasi keruangan (spatial setting) yang meliputi:
-          Pola persebaran gejala tertentu di permukaan bumi (spatial pattern)
-          Keterkaitan atau hubungan sesama antar gejala tersebut (spatial system)
-          Perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala tersebut (spatial process)
Dari pandangan objek formal, maka akan muncul beberapa pertanyaan yang dikenal 5 WH. Maksudnya untuk mengetahui gejala yang terdapat di permukaan bumi, sehingga jelas hasil uraiannya sebagai cara pandang geografi, yaitu:
1.      What
Pertanyaan untuk mengetahui apa yang terjadi?
2.      Where
Pertanyaan khas geografi mengenai lokasi atau persebaran fenomena atau gejala di permukaan bumi, dengan tujuan untuk mengetahui dimana peristiwa itu terjadi?
3.      When
Merupakan peristiwa awal yang menjelaskan terjadinya suatu gejala atau fenomena. Pertanyaan ini untuk mengetahui kapan peristiwa itu terjadi?
4.      Why
Pertanyaan ini maksudnya untuk mengetahui mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi?
5.      Who
Mencari pelaku terjadinya suatu peristiwa, agar kita mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut atau  yang terlibat di dalamnya?
6.      How
Mencari penyelesaian suatu masalah apabila peristiwa yang terjadi sudah tampak gejala-gejalanya dan akibat yang ditimbulkannya. Pertanyaan ini untuk mencari jawaban dari bagaimana peristiwa tersebut seharusnya diselesaikan dengan baik?
Tema yang paling mendasar dari objek formal geografi adalah region, yaitu kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu atau cirri khas suatu tempat yang dibedakan dengan daerah lainnya. Karakteristik atau cirri khas suatu tempat itu dapat berupa aspek fisik maupun social.
Ada banyak cara untuk menentukan region, tergantung pada karakteristik apa yang akan kita gunakan. Ruang lingkup atau cakupan region pun dapat meluas mulai dari desa, kota, kabupaten, provinsi, Negara, sampai ke himpunan internasional. Regionalisasi adalah pengumpulan dan pengklasifikasian atau pengelompokan wilayah ke dalam wilayah sejenis. Dengan pengelompokan tersebut, maka akan tampak daerah yang menunjukan persamaan dan perbedaan.